Sabtu, 08 Desember 2012

KUMPULAN SAJAK YANG LUPA JALAN PULANG



Laguku untuk Pria kepada Perempuannya

Untukmu juwita kalbu
Di bawah sentuhan senja di ujung cemara
Tatkala hati dirundung duka
Gulungan ombak pun takut akan rembulan
Tiba-tiba ku dapati jejak mungil
Melukisi kepingan pasir
Rona senyum pesona menghias di bibir
Bak mentari mengajak ombak menari
Akhirnya datang juga kau juwita kalbuku
Dan ku panggil kau Perempuanku..


Tarian Sore

Biru nan cerah, hiasi panorama
Sertai langkah menuju sore hariku nan ceria
Bias mentari, pun sisakan hangatnya
Merah merona taman bunga, buat hatiku bahagia
Oh... tak kusangka, sampailah ku di sudut kota
Betapa indah suasana, ku nikmati bersama dia..
Jemari pun menyatu, binar belaimu padaku
Seiring bersama merdu nada suara nyanyian senja
Kau peluk diriku, bias kecup di keningku
Smaradahana melanda, gelak tawa indah purnama
Oh... tak ku sangka, kau jadikanku Ratih Dewimu
Goreskan ikrar janji nan suci yang abadi, selamanya...


Buaian Flamboyan

Biar ku basuh 1000 kali tangan ini
Aromamu tetap ada ...
Aku tidak mengejarmu, namun kamu mencari aku!
Lantas bagaimana bisa aku menghentikan detak nadi harapan?
Meski aku tau, bahwasanya sapaan mu tak ayal serupa desir angin pagi, yang tak lama kemudian juga enyah, entah.


Dalam Bayangan Senja

Senja mulai mendaki ke peraduannya, ntah mengapa aku sangat peka untuk merasakannya. Sore yang cerah ku nikmati dengan senyum ramah hingga kudapati diriku berada di ujung senja, indah, indah, indah sekali. Begitu sempurna dan luar biasa, aku melayang diantaranya. “Senja itu adalah kamu”. Aku benar-brnar mencintai senja, karena hanya di saat senja-lah aku dapat tersenyum, seolah ingin mengadu, meski senja itu hanya sebentar, ia termakan olah siang dan malam, tak ayalnya pagi. Itu artinya, waktuku bertemu denganmu sangatlah singkat. Dan ternyata, langit telah memberi jawaban atas tanyaku yang senantiasa ku tunggu, senjaku kini benar-benar sudah berada di peraduannya. Aku bahagia, karena aku tau kini kamu sudah beradu bersama pagi, pagi yang cantik, pagi yang tampak cerah, pagi yang bukan lagi aku, membuatku membesitkan seutas harap agar sang surya tak letih menorehkan sembiratnya pada sebuah pagi dan senja untuk selamanya. Ratih Dewi dan Arjuna Dewa telah berpisah di peraduannya, tak ada lagi air mata, tak pula juga harap. Ntah bagaimana akhir dari syair laguku, akan masih selalu menjadi tanya, yang mungkin tidak juga butuh jawaban. Aku kembali menatap senja, aku melihat bayanganku disana., karena kini, senja itu bukan lagi “kamu”, melainkan, “aku”. Ya, ‘tiap senja’ itu adalah aku, bukan lagi kamu. Aku cukup lega, karena sekarang aku tidak lagi menunggu, karena langit sudah memberi jawabnya kepadaku, sore tadi.


Tentang Seseorang (dan itu kamu)

Aku tidak tau, mengapa kamu menjadi sesosok yang menarik di mataku?
Dan aku juga belum mengerti, dengan segala kekuranganmu, itu tidak membuat ketertarikanku lalu pudar.
Aku pun sadar, bahwa aku terlalu timpang untuk berdiri di sampingmu.
Kamu tampan, bagiku kamu good-looking, pesona yang kau miliki adalah alami bagiku, dan dengan segala keterbatasanmu, dengan apa adanya, kamu mampu memikat hati kaum hawa “termasuk aku” ...!!


Seperti Hantu Saja

Aku terhimpit dalam nadi ketakutanku sendiri
Aku menjelma menjadi panah, dan aku menusuk ruang pembuluhku
Tolong aku,,, aku terasing !
Aku tak berpijak, aku tak bersandar, melangkah namun tak menapak.
Semakin mengencang pembuluh otakku, nyaris pecah !
Tak sepotong telinga pun mampu mendengar teriakku....
Malam ini aku berteriak !, aku takut dengan aku sendiri
Kosong ...
Sepi ...
Tolong temani aku, dan bawa aku kembali
Aku harus kemana?
Wahai aku, mampukah aku menopangku?


Dinihari

Dingin malam yang menggigit membekukan dinding otakku, pecah,, dan mulai melukai aku.
Ini adalah indikasi sebuah ego yang mulanya tampak arif, namun berakhir tragedi yang menjadikan bumerang yang perlahan menghancurkan urat syaraf akal sehatku.
Aku paranoid, aku masih mendekam dalam gigil, bunyi itu pertanda bahwa aku habis termakan oleh kelenaanku terhadap alas kakiku.
Hendakkah ada yang sanggup menolongku?
Dia baik, namun cacat akan urat maaf..
Aku ramah, namun sedikit serakah..
Urin di tubuhku yang sedari tadi tampak gelisah tak ayal seorang telah menyadarkan aku akan sebuah gejala entah..!
Karena entah adalah berserah, maka entah bukanlah menyerah
Karena entah pergi disaat aku tidur,maka bangun tidur berbasuhlah dia entah !
Entah mengapa aku berharap “pagiku esok baik-baik saja”.
Takkan lagi terlontar “entah”..
Entah sungguh berhala menjelma media menuju nafas yang porak poranda, dalam nyeri.




 ‘Salam Muda dan Bahagia’-karena CINTA

3 komentar:

  1. Lupa Jalan Pulang

    Dulu aku sumringah dan bergairah hitam dan putih itu hal biasa bahkan tak ada bedanya

    Kini kusibuk dalam lamunan terbius mimpi dalam penyesalan

    Semakin jauh jalan yang ku tempuh semua seperti tak berujung

    Kini ku bagai kehilangan arah lupa bentuk dan lupa nama. Dikota ini aku mengawalinya, dikota ini aka mengalaminya, dan dikota ini aku ingin kembali bahagia...

    BalasHapus
  2. Senja di Kota ini akan membahagiakanmu dengan sembiratnya yang perlahan menghapus kelabumu yg telah menyelimuti sumringah dan gairah dalam hitam dan putihmu kawan ;)

    Terimakasih oxinclude :)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus