Cerita tentang seorang anak
kecil yang murung
Dia duduk mencari celah
diantara pertikaian akar beringin tua sore itu, muram sepi.
Langitpun memandangnya
dengan wajah gusar seakan penuh kata-kata
Hanya desir angin saja yang
mungkin masih mau mendengar keluh kesahnya itupun datang membawa busik-busik
polusi kota yang sarat akan balutan kemunafikan.
Sepertinya senja yang
diharapkan tidak akan datang sore itu, karena kemelut mega yang pucat pasi
telah datang meminta belas kasihan.
Di ujung sana ada sebuah
jendela usang yang dulunya megah, namun sampai kapanpun kayu eboni tetaplah
akan menjadi kayu eboni.
Duduk di pangkuan jendela,
menanti fatamorgana.
“Salam Muda dan Bahagia”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar